Selasa, 25 Oktober 2011

♥ Prince Charming jilid 3 ♥

Aku dan Dafa memilih untuk duduk di tangga. Dafa mulai membuka bekal dari mamaku. Sebelum kami menyantap makan siang hari itu, Dafa mulai membuka pembicaraan dan aku yang ingin menyuap sesendok terhenti mendengar perkataan Dafa tersebut ‘’Gue sayang sama Loe Tamara Arlinda Kirana. would you be my lover? maybe, this is too fast. but, in fact I can not lie to myself. Ran, gue butuh jawaban loe sekarang. Saat itu, aku tak sentak melepaskan sendok yang ada di tanganku. Aku terdiam mendengar ucapan lelaki gagah di depanku itu. Seakan dunia terhenti. ‘’Ran, are you Okay ?’’ Dafa menghentikan lamunanku. ‘’iyaa. Sulee. Eh sule, sure maksud guee aduuh Fa!’’ aku salah tingkah dan aku benar-benar malu saat itu. Sontak dafa pun tertawa, yaiyalah siapa sih yang ga akan ketawa denger cewek ditembag tapi bilangnya sule. ‘’hahaha iya, gue ngerti. Mm gmna ran ? loe mau jadi seseorang yang penting dalam hidup gue ?’’ wajah Dafa pun memelas, dan sangat mengharap anggukan dari ku. YaTuhaan, apa yang harus aku jawab. Sesungguhnya aku ingin mencoba mencintai lelaki ini, tapi mengapa aku rasa ini terlalu cepat. Tidak ! apakah itu alasan yang sebenarnya ? ataukah mungkin ada lelaki lain yang aku idamkan saat ini, lalu terlintas di benakku yaitu Vicky. Aku menghapus lamunanku. Dan aku percaya aku mencintai lelaki ini, walaupun ini terlalu cepat. Tapi aku mampu untuk terus bersamanya dan takkan mengecewakan lelaki gagah ini. ‘’Fa ?’’ aku membuat senyuman indah dan membayangkan segala hal tentang kebersamaanku dengan Dafa. ‘’ia, gue siap fa buat ada di hati loe, hehe gue gombal yauu’’ . dafa tiba-tiba memelukku dan mengucapkan terimakasih kepada ku. Saat itu, aku benar-benar merasa melayang


Pulang sekolah , aku memutuskan untuk pulang bersama kekasihku, Dafa. Sebelum pulang, aku mendapati sahabatku Mona sedanga duduk dengan sahabatnya Rinda yang juga pacar Vicky. ‘’mon, gue balik bareng Dafa. Sorry yaa..’’
‘’wahwah ada pasangan baru nih kayaknya yaa’’ , Rinda menyambar sambil menyenggol sikutku.
‘’hehe apa’an sih loe Rind’’ aku tersipu malu mendengar perkataan si cantik Rinda.
‘’yah, bagus kali Rin. Supaya loe makin lengket sama Vicky. Hehe ya gak Ran’’ . perkataan Mona tadi terdengar seperti sindiran di tekingaku. Aaah tapi tidak mungkinlah, akhirnya aku pun berlalu tanpa memikirkan kata-kata sahabat-sahabtku tadi.

Sesampainya di rumah
‘’besok-besok loe hue anter jemput yaa cantik. Loe tu tanggung jawab gue. Okey (sambil mengacungkan ibu jarinya). Aku tersenyum dan mengatakan terimakasih dan berlalu untuk masuk kerumah.
2 minggu berlalu, hubunganku dengan Dafa semakin lekat saja. Kemanapun aku, Dafa selalu berusaha meluangkan waktunya demi aku. Saat itu akupun tau, hubungan Rinda dengan Vicky telah usai. Entah bagaimana ceritanya. Aku tak berusaha mencari kejadian yang sebenranya, karena aku tau Vicky tak akan terbuka kalau dia tidak memulai cerita lebih dulu. Sore itu, handphone ku mengeluarkan bunyi yang berbeda Lagu Chen Wei penyanyi asal China yang berjudul I don’t Want to know menampilkan panggilan dari Dafa. Sore itu, Dafa mengingatkan ku untuk pergi ke pantai. Tapi, karena dy tidak bisa menjemputku. Aku pun pergi sendiri dengan diantar pak Chan sopir ayahku menggunakan Grand Livina Grey. Sampailah aku di pantai yang diarahkan Dafa melaui telfon. Sebelumnya, aku memang tidak pernah menginjakkan kaki ke pantai seindah ini. Aku menyuruh pak Chan untuk pulang , dan membiarkan aku di pantai sendiri. Aku masuk pantai dan melihat-lihat pasir putih dari pantai itu, dengan terjangan ombak yang tidak begitu besar, ditambah alunan angin yang menyejukkan untuk para pengunjung pantai yang sepi itu. ‘sebuah tangan menutupi bagian kedua mataku. “I LOVE YOU, Tamara Arlinda Kirana, my lovely’’ . aku mengenali suara lelaki itu, suara yang selama 2 minggu ini berada di ingatanku. ‘’Dafa?’’ sembari memegang tangan Dafa yang berada tepat menutupi kedua matakau. “hussst.. follow me’’ ia berkata. Akhirnya, kami sampai. Dan aku merasakan ada di tempat ketinggian. Angin begitu terasa kencang, dan ombak tak terasa di dekatku. Pelan-pelan tangan yang menutup kedua mataku itu, terlepas dan aku berusaha menerangkan penglihatanku. “Dafa?’’ . ternyata aku dan Dafa berada di tumpukan batu besar dan tidak lama kemudian, aku melihat ada sebentuk batu kecil yang membentuk sebuah hati dengan boneka lumba-lumba biru. Aku menangis terharu dengan apa yang telah diberi kekasihku itu. ‘’Fa, jangan pernah ninggalin gue yaa’’ lalu aku memeluknya dan Dafa membalas memelukku. Boneka lumba-lumba biru, dan tumpukan batu kecil yang membentuk hati hari itu membuat cintaku semakin tinggi dan hanya untuk Dafa. Lalu, kami turun ke bwah untuk sekedar bermain-main dengan air lsaut yang emnjadi saksi cinta ku pada Dafa. Tapi, aku merasa jantungku berdetak lebih kencaang saat itu, malah terasa sakit. Aku tak tau mengapa itu terjadi. Akhirnya Dafa mengantarku kembali plg ke rumah. Akupun beristrahat dan pikiranku mulai kacau, aku merasa hal yang tak biasa. Aku mencoba mencari handphone ku untuk menelpon sesorang yang aku butuhkan saat ini. Tertuju pada contack bernama ‘Vicky Winta’ bukan ‘Dafa Sevian’. Aku memutuskan untuk melanjutkan telfonku. Saat nada telfon kedua, tak ada jawaban. Saat nada telfon keempat aku ingin menutup telfon itu kalau-kalau tak ada yang menerima tefon dariku. Akhirnya terdengar suara dari sebrang sana. ‘’Rana?? Loe Raana ? ran loe apa kabar ? Gue seneng loe udah jadian sama cowok beken di sekolah itu. Lebih tepatnya, gue seneng kalo loe seneng, ran. Loe baik-baik kan ? loe..’’ belum sempat Vicky melanjutkan kata-katanya. Aku membuka mulutku. ‘’ky, loe apakabar? Kenapa ga pernah kabarin gue, gue jarang liat loe di sekolah. Apa loe kehilangan Rinda. Mkany loe jadi kyk gne ?’’ . terdengar suara ‘’tiiiitt,tiit’’ tanda sambungan telfon telah terputus. Ada apa ini ? apa aku salah berkata ? aku tidak mengerti apa salahku ini ? tiba-tiba jantungku mulai mengeluarkan sakit seperti tadi. aku berteriak hingga membuat mamaku datang menghampiriku. ‘’ada apa nak?’’dengan khawatirr mama memegangi tangan dan pundakku. Seakan sakit itu hanya bagaikan angin. Setelah itu aku merasa seperti semula. Akupun tidak mengatakan apapa dengan mama. Aku hanya diam dan bicara, aku ingin tidur lebih dulu. Dan mama keluar dari kamar ku, dan membiarkan aku tidur dengan nyaman.
                                                                                ***
Matahari masuk ke arah kamarku, dan memabngunkan aku yang begitu terlelap setelah kejadian semalam. Aku bangun dan mempersiapkan diriku untuk kembali bersekolah. Setelah 45 menit siap untuk berangkat, aku turun ke bawah untuk bersarapan dengan kedua orang tuaku. Setelah 15 menit kemudian suara bunyi bel mobil yang biasa memang sudah berdiam untuk menjemput ku. Aku langsung berpamitan dengan kedua orang tuaku. Hari itu hari sabtu, maka dari itu, Dafa sengaja tidak berpamitan dengan kedua orang tuaku karena sengaja agar tidak terlambat. Sabtu memang sama seperti hari senin. Kalau hari Senin Upacara Kenaikan Bendera, maka Sabtu adalah Upacara penurunan Bendera.

Sesampainya di sekolah aku dan Dafa mengambil tempat untuk berbaris. Karena saat itu, Upacara akan segera dimulai. 10 menit waktu yang lama bagi kami para murid hanya untuk menghabiskan waktu menurunkan bendera. Pidato Kepala Sekolah kami tercinta Pak Rahman Setiadi. Yang bekennya Pak Ramond. Dy terkenal sebagai Kepela Sekolah yang sangat asyik. Dy malah menyuruh kami memanggilny Ramond saja. Tapi karena rsa hormat kami, kami memanggilnya Pak Ramond. Pagi itu, ia mengumumkan untuk semua kelas 9 akan diadakan Refreshing ke sebuah tempat wisata untuk bekemah. Semua murid sangat antusias sengan himbauan dari sang guru tersebut.

To be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar