Kamis, 27 Oktober 2011

GALLERY E M I L I A


long journey :)


IKA  --  ICHA 



EMILIA - ANINDYA :)

Sahabat adalah ketika kita ingin ia memberi 
tak dijabarkan namun ia mengerti. memandang dengan penuh percaya. persahabatan yang indah tak selamanya selalu berjalan mulus. selalu ada  perbedaan sudut pandang serta lain hal. hingga hal spele namun itu bisa menjadi tombak dan cubitan bagi persahabatan, hargai yang masih PEDULI. hargai ia, selagi ia datang untuk memberikan sapu tangun, bukan datang memberikan barang-barang mewah yang berNILAI

Selasa, 25 Oktober 2011

my reason why i write a "novel"

Kalo ditanyak, "ika, kok buat novel/cerbung dah..dapet inspirasi darimana?"
jawaban saya : DARI MIMPI :)

Awalnya, saya suka dengan dunia "entertain" entah itu teater, drama,film, BAHKAN SINETRON. tapi saya ga malu ngakuin kalo saya "KORBAN SINETRON. wkwkwk :D
ga aneh kok. setiap orang kan berbeda-beda, did you agree (?) :)
eittsss tapi saya juga milih-milih sih kalo mau nonton itu hehe

OKE,balik ke pertanyaan awal.

Cause A DREAM ?
aneh yaa?

iyaa. hari itu, engga tau hari apa yang jelas bulannya bulan Juni 2011. udah gak sekolah lagi, Alhamdulillah yah tinggal nunggu "SMA" hehe. Mimpi saya sama persis dengan cerbung "Prince Charming" yang saya buat. Saya suka dengan sahabat laki-laki saya yang dia adalah mantan dari sahabatnya sahabat saya :/ :/ engga ngerti ya?
Same with me huaaaaaaa. so, dibaca aja di Blog ini :)
Ohyaa, lupa saat saya terbangun dari mimpi, saya meneteskan air mata :)

♥ Prince Charming jilid 6 ♥

Aku segera pergi menuju rumah Mona untuk mendapatkan penjelasan darinya, sebelum ku naiki tempat duduk belakang Grand Livina Grey itu, hadphone ku menyiarkan lagu dari Chen Wei-I don’t Want to Know. Ternyata Vicky. Aku menjelaskan bahwa saat ini aku akan pergi ke rumah Mona, saat itu juga ternyata Vicky mengabarkan bahwa Mona baru saja masuk UGD . hadphone tak kuhiraukan tergeletak di atas kaki kanan ku. Aku segera memanggil Pak Chan supir ayahku untuk segera membawa ku pergi Ke Rumah Sakit Cahaya, tempat yang menurutku Mona ada di situ. Kecepatan pak Chan naik saat aku erus menyuruhnya buru-buru. Di tengah perjalanan aku terus menangis, semua pertanyaanku tentang pesan dan keadaan Mona saat ini ada di benakku. Rasanya aku ingin berteriak. Aku ingin memecahkan teka-teki baru ini. Saat itu juga, aku mengerti apa yang dikatakan Mona saat di toilet denganku. Tapi saat itu, ia mengucapkan pilihan/dilema ? apa ini semua ? apakah ada kaitannya dengan Rinda. Entahlah, rasanya aku ngin berteriak dan menenangkan semua kejadian ini. Perjalanan dari rumahku menuju Rumah Sakit Cahaya sekitar 20 menit. Aku terburu-buru turun dari mobil yang membawa ku itu. Hingga meninggalkan handphoneku yang sesaat aku lepaskan tadi. aku segera masuk dengan bertanya pada bagian Receptionist. Belum sempat aku bertanya dadaku sesak, jantung ini. Sakit ini kumat lagi. Tya Tuhan, mengapa ini terjadi di saat genting seperti ini. Aku ingin melihat Mona, tapi mengapa ini terjadi padaku. Saat itu, aku tak tau kejadian apa yang menimpaku lagi.

ruangan berwarna putih, dan suara yang mengatakan “pak, anak bapag mengalami kerusakan jantung. Kerusakan ini terjadi di saat remaja. Mungkin juga, bisa sakit karena keturunan. Rana, harus segera mendapat donor jantung hingga pukul 9 malam nanti. Jika tidak, ada dua kemungkinan. Rana bisa kehilangan nyawa nya saat ini juga, atauu dia bisa sembuh, tapi hidupnya akan terus mengalami penyakit itu dan besar kemungkinan jika ia memiliki anak nanti, akan ada 30% penyakit ini di dalam diri cucu bapak. Maaf pak, saya hanya menjelaskan kemungkinan yang sangat tragis.” Setelah pernyataan lelaki itu aku sudah tak sadarkan diri lagi. Aku tak tau apa yang terjadi dengan diriku setelah itu.

Entah apa yang membuatku tersadar. Di sebelah ku sudah ada ayah, ibu, dan Vicky. Orang-orang yang selalu membuatku nyaman berada disampingku. “ma..” aku mencoba menggerakkan bibirku. Membuka mulut tapi itu susah sekali. Tapi lambat laun hari demi hari aku pun mulai membaik. Mama menceritakan, bahwa aku baru saja di operasi karena ternyata selama ini aku mengidap kerusakan jantung. Vicky, lelaki itu dengan setia menungguiku. Sampai suatu saat aku bertanya dengan mama “ma, siapa org yang telah mendonorkan jantungnya kepadaku ? aku ingin mengucapkan terimakasih padanya, kalaupun skrg ia sudah tidak ada. Aku ingin bertemu dengan keluarganya, aku ingin mengucapkan terimakasih , ma.” Dari perkataanku tadi, aku melihat mata mama mengeluarkan setitik air dari matanya hingg mengenai jari-jari ku, begitu juga dengan Vicky, ia tak berani mentapku dan melap wajahnya dengan tangannya, apakah ia sedang menangis ? “ky, loe kenapa, cloe nangis yaa. Ih cengeng banget sih. Mellow ne ceritanya, gue tu udah sembuh. Mm... entar loe mau kan temenin gue ke rumah keluarga yang udah nyumbangin jantungnya buat gue. Loe mau kan?” aku sumringah melihat anggukan darinya. Aku teringat sesuatu, di mana Mona ? tapi, aku tak berusaha bertanya dengan siapapun. Mungkin, Mona sedang ada di rumah beristrahat. Walaupun aku tidak tau, dia masuk rumah sakit gara-gara apa.

Siang itu, aku putuskan untuk pulang dari rumah sakit. Karena sedingin-dinginnya rumah sakit. Aku merasa tak nyaman di sana. Aku pulang berdua dengan menaiki Mercy putih miliknya. Saat di perjalanan aku menyuruh Vicky untuk pergi mengantarku ke rumah orang yang telah mendonorkan jantungku ini. Akhirnya, setelah 25 menit di perjalanan, kami sampai di ebuah rumah yang tak asing bagiku. Rumah ini rumahMona, sahabat perempuanku. Aku dan Vicky menuruni Mercy putih itu. “ky, qt mau ngapain ke sini, emg.a Mona masih sakit. Kita mau jenguk Mona, ya?” aku terbingung melihat anggukan yang diberikan Vicky. Vicky telah mengetuk pintu rumah Mona. Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah itu. Ternyata mama Mona. Ia langsung seketika itu memelukku, dan menangis dipelukku. Ia mempersilakan aku dan Vicky untuk masuk. Kami duduk di sofa yang tidak begitu kecil, dan di dinding itu terlihat banyak foto Mona. “tante, Mona mana ? kok ga disuruh menemuiku ? aku kan, udah kangen banget sama dia. Aku juga mau kasi tau , kalo aku udah sembuh, tan. aku juga mau, Mona menemaniku pergi ke rumah seseorang yang telah memberikan jantungnya untukku, tan. mana Mona tante ?” aku sangat antuisas, ke antusiasan ku itu, di balas dengan tatapan lemah dari Mama Mona dan Vicky. Akirnya, Mama Mona pergi ke belakang. Mungkin, untuk memanggil Mona agar segera menemuiku. Tapi ternyata tidak. Ia datang dengan membawa sebuah kotak. Dan ia menyuruh aku membuka Kotak Biru itu. Akupun membukanya dengan perlahan. Sebuah surat, album foto, dan sebuah boneka lumba-lumba kecil. Aku mulai membaca perlahan surat itu.

Untuk sahabat terindahku,
Tamara Arlinda Kirana. Hay ran, gimna kabar loe ? gue harap baik-baik terus yaa. Ran, gue minta maaf atas semuanya, gue harus pergi ninggalin loe. Ran, gue sayang sama loe. Loe sahabat gue. Ga ada yang bisa gantiin loe ran.
Ran, kalo gue pergi, gue ttep mau deket sama loe. Makanya loe jaga baik-baik amanah gue yaa. Jaga jantung gue ran. Gue akan terus temenin loe. Loe gausah takut, kalo loe kangen gue. Loe pegang dada loe, loe bakal ngerasa deket sama gue, Rana. Ran, gue pergi dengan tenang. Malah gue bersyukur. Gue ga akan ngebuat luka di hati loe, dengan cara negajauhin loe sama Vicky. Vicky emang cuman cinta sama loe, dan gue gabisa marah sama loe, kalo loe emang hanya mencintai sahabat kita itu.
Loe masih inget kejadian di toilet. Hmm ran, gue sakit ran. Saat itu gue tau, kalo Vicky mencintai sahabat gue. Yaitu elo. Bukan sahabat gue, Rinda. Gue dilema Ran. Gue pengen liat loe bahagia sama Vicky, tapi gue gamau ngianatin Rinda. Kalian sahabat gue. Oyaa, mengenai pesan gue itu. Maaf darling. Itu yang gue rasain, gue dilema. Gue tau gue salah. Tapi cuman itu yang bisa gue tulis, setelah itu masih banyak yang gue mau tulis, tapi tiba-tiba gue udah ga sadarin diri, Ran
Oyaa ran, gue juga tau. Loe liat darah di tissu kan. Itu punya gue ran.
Ran, dengan perginya gue. Gue harap loe bisa jaga diri, Vicky syg loe. Jaga dia yaa. selamat tinggal sayang. Gue akan terus sama loe. Jantung gue, jantung loe. Raga gue lenyap, tapi kenangan kita ga mungkin lenyap kan di hati loe. Bye
Salam terhangat, sahabatmu, Mona Rifka Handayani

Jatuhlah kertas itu dan aku mulai berteriak “enggaaaaaaaaak Monaaaaa, jangan tinggalin gueee, loe jahat Mon” tanpa tersadar air mata berlinang sangat cepat. Hingga membuat ku jatuh kelantai. Aku tak kuat. Jadi, selama ini, Mona tau tentang Vicky. Vicky yang berusaha menenangiku tapi aku terus berontak sampai akhirnya Mama Mona berkata dengan linangan air mata “nak, hik, kamu harus kuaat Mona syg sama kamu nak. 1 tahun belakangan ia mengidap penyakit Leukimia. Ia berusaha mencari donor sumsum tulang belakang. Hingga pada saat.a ia sudah tak dapat tertolong lagi. Aku menangis dan memeluk Vicky. Dalam pelukan itu, aku memukul Vicky dengan lemah. Sampai akhirnya aku tak sadarkan diri.
Katika aku terbangun, aku sadar apa yang telah terjadi padaku. Aku meminta Vicky mengantarku ke ‘rumah’ Mona saat ini. Rumah nyaman Mona. Aku mendatangi pemakaman Mona. Tertuliskan
Mona Rifka Handayani Binti Shaleh
Tanggal Lahir : 28 November 1996
Wafat : 2 Februari 2009
Tepat seminggu yang lalu. Seminggu saat aku berada di rumah sakit dengan terkulai tak berdaya. Ia, telah berada jauh di tempat peristirahatannya yang nyaman. Disana aku mulai menangis lagi, tapi berusaha untuk tidak berteriak. Di sana, aku tak sanggup berkata apa-apa , aku tak kuat untuk membuka bibirku, ataupun hanya sekedar mengucapkan terimakasih.

2 bulan telah berlalu. Begitu juga dengan perginya sahabat tercintaku itu. Tidak banyak kejadian yang kulewatkan. Saat 2 bulan itu, aku dan Vicky m=sibuk untuk mempersiapkan diri kami untuk sekolah baru kami yaitu SMA. Aku dan Vicky memutuskan untuk tidak berada pada satu sekolah. Karenabanyak faktor.
Hari ini, hari pertama masuk sekolah. Dengan seragam putih abu-abu. Yaa, hari ini, hari yang kunanti. Dimana aku memulai hari baru dengan mulai mencari sahabat baru. Di sekolah itu, aku bertemu kembali dengan perempuan cantik yaitu; Rinda. Ia menghampiriku, dan seketika memelukku “Ran, gue harap kita bisa jadi sahabat. Gue mau loe bersedia mengisi kursi Mona di hati loe, begitu juga gue. Gue mau loe ada sebagai sahabat gue seperti Mona. Ran, Mona pasti seneng liat kita bisa jadi sahabat. Gue mau dia bahagia ngeliat kita. Soal Vicky, gue sadar Ran. Selama ini dengan sikap Vicky ke gue. Gue salah menilainya. Maafin gue. Posisi gue saat ini, sama dengan posisi Dafa. Dafa mengajari gue tentang keikhlasan dan ketulusan.gue iklhas kalo loe bisa terus sama Vicky, Ran”. Aku tak kuasa menahan semua anugerah yang diberikan Tuhan padaku saat ini. Dan akupercaya, bahwa Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Dan aku percaya,semuanya indah pada waktunya, tak ada yang tak mungkin jika kita terus berusaha.

Sejak semuanya indah, aku dan Rinda, menjadi teman akrab. Tanpa ada rasa permusuhan sedikitpun. Ternyata, bukan hanya aku, yang diberi surat oleh Mona. Tapi juga, Rinda.

Suatu hari, saat aku berjalan di sebuah pantai. Pantai ini mengingatkan aku dengan Dafa. Yang kabarnya, Dafa bahagia bisa pindah ke Paris. Selain study, membantu ayahnya dalam bisnis. Ia juga bisa melupakan ku. Itulah pengakuannya padaku. Hari ini, aku merasakan ombak begitu bersahabat. Dan gidak lama, terdengar suara dari arah kanan. “hay, apa kabar ? lumba-lumba biruku?” . ia, dia adalah Vicky. Syang selama ini mengerti tentang kehidupanku. Saat itu, pantai menjadi saksi cinta aku dengan Vicky. Di pantai itupun. Ia mengutarakan perasaannya, ingin terus bersamaku, dan tentunya bersama sahabat kami. Mona. Yang berada selama 24 jam denganku. Semuanya berakhir indah. Aku, Rinda, Vicky, dan tentunya Mona.


E N D

♥ Prince Charming jilid 5 ♥

Tepat pukul 11 malam, beberapa murid telah memasuki tenda mereka masing-masing untuk tidur, ataupun berkumpul bersama dengan teman dekat mereka di dalam tenda. Syifa, Ratna, Mona, dan Fani mereka sudah lama terlelap dalam tidur mereka masing-masing. Hanya aku, yang masih segar dengan earphone di telingaku. Saat jarum jam panjang di angka 4 dan jarum pendek berada di angka 12 aku ingin sekali keluar dan menikmati malam yang kurasa penuh bintang. Akhirnya aku keluar tanpa menggangu tidur pulas teman-temanku itu. Aku memilih untuk duduk atau tepatnya berbaring diatas hijaunan rumput. Aku melihat betapa indahnya bintang yang tersenyum padaku. Aku meras ada yang mengikutiku , “Vicky?” aku melihat Vicky telah berada di belakangku sontak aku terbangun menjadi berdiri untuk memastikannya. Tiba-tiba ia menatapku dan ia memelukku. Memelukku sangat erat. “Tamara Arlinda Kirana gue sayang elo” itulah kata pertama yang aku dengar saat aku berada dalam pelukannya. “ky, lepasin gue ! “ aku berkata dengan nada tinggi tanpa membangunkan orang-orang yang telah terlelap tidur. “maksud loe apa , Hah ? loe gila yaa, loe mau nyari mati , iya ! kalo sampe Dafa tau, loe bakal mati tau ngga.” Nada ku benar-benar marah. Aku tak kuasa menahan semuanya.
“kenapa ? kenapa kalo gue mati, apa loe bakal nangisin gue ? hah ? nggk kan ran. Loe udah ga pernah peduli sama gue. Kalo loe peduli sama gue, loe bakal tau semua yang terjadi di balik skenario ini. Loe bakal tau ran. Tapi apa ? loe ga pernah mengerti apa yang gue rasa selama ini.” Pernyataan itu membuat Vicky hampir terjatuh dan menangis.
“maksud loe ? gue emg gatau apa yang terjadi sama loe dan Rinda. Gue gatau kenapa loe saat itu langsung tutup telfon gue, padahal saat itu gue mau minta penjelasan sama loe tentang hubungan loe sama Rinda, tapi apa ? loe mati’in kn telfon gue.”
“Rinda ? apa maksud loe bilang gue kyg gini gra-gra Rinda?” ia terlihat kebingungan.
“loe jadi ngejauh dari gue, itu semua karena loe butuh waktu untuk lupain Rinda kan. Mkanya gue gamau ganggu loe ky. Cuman itu.” Saat aku lontarkan pendapatku. Vicky kembali menatapku dan mendekat denganku.
“jadi itu semua yang ada di otak loe, haha hebat yaa. Ternyata loe ga sepinter yang gue kira.” Mendengar itu semua mata ku melongo tajam. Tidak lama, Vicky balik badan, dan langsung pergi, sebelum ia pergi jauh. Aku tak mengerti, otak dangerakan sadarku aku membuat dua tangan ku melingkar di pinggang Vicky. Aku telah memeluknya dari belakang. Saat aku merasa aku benar-benar sadar pada saat itu. Aku tak berusaha untuk lepaskan lingkaran tanganku itu. Vicky membalas pelukan ku, ia memegang kedua tanganku dengan kedua tangannya yang besar itu. Ia melepaskan tanganku , lalu berbalik mencium keningku. “Loe Mrs. R gue , ran. Loe masih inget kenapa waktu itu yang dateng ke rumah loe bukan gue tapi Dafa ?” aku mengangguk. Lalu ia melanjutkan penjelasannya “dia sempet nanya sama gue semua hal tentang loe. Gue gabisa nolak Ran, karena waktu itu gue rasa, gue ga ada hak untuk ga ngasi tau sesuatu ke orang yang mau deketin sahabat gue. Akhirnya, saat gue sadar dan tau loe jadian sana Dafa , sakit ran. Sakit hati gue. Dan yang telfon lu pagi-pagi itu gue ran.”

Aku sungguh kaget dan gondok mendengar perkataan sahabat lelaki ku itu. “maksud loe? Jadi selama ini loe? Mmm tapi loe mau balikan kan sama Rinda, buktinya tadi loe nyanyiin lagu buat Rinda. Gue yakin ky, perasaan loe sama gue itu kyg angin doang ya hehee loe kan sahabat forever gue.” Aku membuat situasi menjadi akrab dengan candaanku. Tapi blasan Vicky tambah membuatku kaget “Mrs. R, bukan Rinda tapi Rana.” Ia melihatku tajam. Saat itu, tiba-tiba dadaku kembali sesak, aku hampir terjatuh tapi tidak saat Vicky menangkapku dan membawaku kembali ke tenda sambil berteriak. “paaak, bu, Rana bu pak. Ran, loe kenapa ran. Ranaaaaa”. Lalu semua orang yang tadinya terlelap di dalam tenda masing-masing keluar dan memberi pertolongan padaku. Aku tak tau apa yang terjadi denganku saat itu. Bayangan gelap dan saat ku buka mataku, hari sepertinya telah pagi, aku mulai mencoba untuk bangun. Aku melihat Mona menungguiku dan sepertinya tideak tidur semalaman, karenan matanya terlihat sembab. “Mon..” aku memanggilnya. “ia , ia Ran. Loe udah bangun? Semalem loe pingsan jadi gue nungguin loe. Loe udah ngga apa-apakan ?” mona terlihat khawatir denganku. “ia Monaa, gue ga apa-apa. Thengs yaa, loe udah mau nungguin gue. Pasti loe ga sempet tidur kan, nungguin gue.
“loe apa’an sih. Gue kan sahabat loe, udah kewajiban gue jagain loe. Lagian, gue ga sendiri nungguin loe, diluar Vicky juga nungguin loe. Loe ada apa semalem keluar Ran? Bareng Vicky , ya ?”
“ng.. anu oh ya ? Vicky di luar ?” aku mencoba melihat.
“barusan dia izin sama gue mau cari air bersih buat mandi” Mona menjelaskan. Akupun kembali berbaring, saat Mona izin denganku untuk keluar sebentar. Aku menyimak setiap kata yang dilontarkan oleh Vicky. Tiba-tiba “kenapa gada sosok Dafa saat kejadian semalam” aku melontarkan kata Dafa. Dafa tidak melihatku , apa ia tidak khawatir denganku ? . aku memutuskan untuk keluar tenda. Sebelum aku keluar, aku melihat ada darah di atas tisuu. Aku mencoba memastikan, apakah itu darah apa bukan. Ternyata ya, itu darah. Aku tak tau siapa pemilik tissu itu. Akhirnya, aku mengabaikannya.
Pukul 2 siang, kami bersiap untuk kembali pulang. Aku sempatkan mencari Dafa, aku melihatnya sedang duduk di bawah rindangnya pepohonan hijau. “Dafa” aku mencoba mendekati. Dafa berbalik arah ke hadapanku, ia terlihat sedang menangis. Aku mencoba bertany, namun ia malah memelukku, dan mengajakku untuk pergi ke bus. Karena bus akan bersiap untuk berangkat. Aku tak tau apa maksud pelukkan Dafa itu.

1 bulan telah berlalu

Tidak banyak kejadian yang terjadi dalam kehidupanku. Vicky, ia masih saja menjauhiku bahkan setelah kejadian di tempat wisata saat itu. Dafa pun menjadi aneh, ia tidak terlalu sering menghubungiku. Tapi, mungkin itu wajar karena saat itu kami sedang menjalani UAN untuk jenjang SMA. Mungkin Dafa dan Vicky ingin konsentrasi dengan Ujian saat itu.
Kini, ujian telah berlalu dan aku di terima di salah satu sekolah yang selama ini aku impikan. Aku tidak tau dengan nasib Dafa, dan Vicky. Soal Mona, aku tau dia juga diterima di salah satu SMA favorit. Sedangkan Rinda, yang aku tau ia satu sekolah denganku. Aku tak menyangka, akan satu sekolah lagi dengannya. Aku senang, tapi juga sedih. Aku merasa telah membohonginya dengan mempunyai perasaan lebih dengan mantannya yaitu sahabtaku sendiri. Aku sadar, itu akan menjadi boomerang bagi diriku sendiri.
Hari ini, aku berdiri di atas sebuah gedung tinggi, hanya untuk merasakan indahnya dunia, dengan sejuknya angin yang membuat rambut-rambutku berterbangan. Akupun merasa lebih dekat dengan langit biru.  Sesak itu, detakan jantung ini. Aku mendengar hentakkan kaki terarah padaku. Aku berbalik ke arah hentakkan kaki itu. Dafa. Dafa yang ada di hadapanku saat ini. “dafa? Loe ngapain ke sini ? kok elo ?” .
“Ran, gue tau selama ini, gue bukan orang yang tepat buat loe. Gue selalu mimpi untuk terus bersanding sama loe, ran. Hmm tapi itu hanya mimpi yang mungkin gue rasa ga pernah bisa terkabul.” Dafa menyatakan itu semua dengan membelakangiku. Lalu ia melanjutkan pembicaraanny tadi. yang sempat terpotong dengan tawa kecilnya. “ran, gue mau loe bahagia sama pilihan loe. Bukan pilihan semu biasa. Pilihan adalah masa depan ran. Loe ga bisa main-main dengan pilihan loe. Ran, Vicky yang terbaik buat loe. Gue tau dia cowok yang selama ini syg sama loe, dan yang loe sayang kan. Not me.” Saat ini ia mulai berbalik ke hadapan ku saat aku bertanay darimna ia yakin semua tentang itu. “gue cari tau semua sama Vicky. Pertama waktu gue dateng ke rumah loe, buat jemput loe. Gue tau dari Vicky. Trus semua sureprise yang gue buat , buat elo, termasuk waktu ke pantai dengan kerikil hati dan boneka lumba-lumba biru. Itu semua ide dari Vicky, Ran. Ternyata cinta Vicky lebih besar daripada cinta gue ke elo Ran. Waktu di perkemahan, malem-malem gue sempet liat elo semua kejadian elo sama Vicky. Gue denger semua Ran.” (sambil memegangi kedua lenganku). Aku tak kuasa menahan air mata itu. “yang loe harus lakuin sekarang, pergi Ran, pergi temui Vicky. Bilang, kalo loe juga syg sama dy. Loe butuh dia.” Aku ikut terpana dengan perkataan Dafa. “tapi fa, gmna sama..” . belum aku selesai melanjutkan kata-kata ku. Dafa tau apa yang telah aku fikirkan “loe gue kasih kebebasan untuk cari cinta sejati loe. Gue mau liat loe bahagia. Hari ini, gue lepasin ikatan antara kita. Gue kasi loe kebebasan.” Lalu ia mencium keningku. Dan membiarkanku berlari.

Aku datang menemui Vicky ke rumahnya, ternyata ia tak ada di rumah. Kata kakak nya, ia sedang ada di taman dekat rumah mereka. Aku berlari menemui Vicky yang sedang duduk di tepi taman dengan tatapan kosong, dan kedua tangan yang ia taruh di atas kepalanya. “Loe nunggu gue ya? Gue disini buat loe. Apa ada yang lain, loe tunggu ?” senyumku melebar. Ia berdiri, dan mendekat padaku, “Ran ? maksud loe, gue?”. Aku langsung memeluk lelaki yang aku cintai itu. Yaa, lelaki itu yang selama ini aku cari. Lelaki yang tau segalanya tentang ku. Lelaki yang dapat memahamiku.
“Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.iya kan ?”
“Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan” . aku membalas perkataan lelaki itu. Akhirnya hari itu, aku merasa teka-teki misteri itu terpecahkan sudah.

Malam ini, hatiku terasa tentram. Handphoneku kembali mengeluarkan lagu dari Angela Zhang-Bu Xiang dong de 2x . ternyata benra, 2 pesan masuk. Pesan yang pertama dari Dafa. Ia mengatakan, bahwa ia telah berangkat ke Paris untuk melanjutkan study nya di sana. Dan ia juga berkata, bahwa ia sebelumnya telah bertemu dengan Vicky dan mengatakan semuanya. Aku cukup sedih ternyata tadi adalah pertemuan terakhir ku di Indonesia dengannya. Tapi aku bahagia telah menjadi bagian dari hidupnya. Aku kemabali tersenyum. Setelah ku balas pesan dari Dafa tadi, saatnya ku membuka sms dari Mona. Isinya cukup mengagetkanku.

Ran, gue mohon sama loe. Lepasin Vicky. Gue tau loe sayang sama dya. Tapi gue mohon Ran, hargai posisi gue sebagai sahabtanya Rinda. Tolong ran, gue sangat minta sama loe. Thanks :)

seperti di hantam batu besar aku gondok dan lemah mendengar perkataan Mona tadi. jadi selama ini ?

 To be continue

♥ Prince Charming jilid 4 ♥

Saat pengumuman berlangsung semua murid mulai tidak tertib. Di tengah-tengah keramaian aku fokuskan diriku untuk mencari seorang lelaki berkulit putih, mancung, dan tinggi. Dan aku melihatnya, lelaki itu Vicky berdiri tegak senang menatap ke arahku. Tatapan berbeda, tatapanny dingin kepadaku. Tidak lama tatapannya ku balas, suara Ramond terdengar. Ia membubarkan keramaian kami dengan menyelesaikan Upacara hari itu. Dafa menhampiriku dan membahas tentang wisata yg direncakan besok hari. “loe, besok ikut wisata kan?’’ . aku tak menghiraukan sedikitpun perkataan lelaki di sebelahku itu. Aku hanya memikirkan apa maksud dari tatapan Vicky itu. Apakah ada yang salah dariku apakah aku telah berkata yang salah denganny. Entahlah. Terdengar suara Dafa yang kini wajahnya lebih dekat denganku. “Ran ? loe kenapa ?” .akupun tersadar “iyaa ky”. Tanpa sadar, akupun mengeluarkan nama seorang yang tadi telah aku fikirkan lelaki yang selama ini aku khawatirkan , Vicky , bukan kekasihku Dafa. “maksud loe? Oh, jadi loe ga nyimak apa yang gue omongin, tapi loe malah fikirin cowok itu, jadi bner firasat gue kalo loe sama dia ‘fallin love’ IYAKAN!’’ aku kaget dengan reaksi Dafa yang begitu keras dengan hingga membuat dia berdiri tegak. Akupun ikut berdiri “maksud loe apa? , gue tu cuman” perkataan ku terhenti saat di otakku mengulang perkataan Dafa jadi bner firasat gue kalo loe sama dia ‘fallin love’. Apa ini ? tiba-tiba dadaku terasa sakit, jantungku berdebar begitu kuat dan aku mulai memgangi dadaku dengan kedua tangan “awww, faa please gugugu...guee minta...” . sontak Dafa menangkap tubuhku dan berkata “gue maafin loe, sumpah. Gue ga bakal nuduh loe yang gak gak. Gue syg sma loe Ran. Maafin gue”. Dengan memegang salah satu tangan ku Dafa meminta maaf atas tuduhanny padaku. Tiba-tiba seketika rasa sakit itu hilang. Aku mulai tak mengerti dengan sakit yang sering ku rasa itu. Apakah ini ada kaitannya dengan Dafa atau mungkin ini hanya penyakit biasa.  Kejadian itu ternyata di saksikan oleh Mona. Sahabtu dan sahabt Vicky pula. Mona menghampiri kamu dan menepuk salah satu pundak Dafa. “fa, jaga sahabat terbaik gue ini, yaa. Gue gamau dy sakit hati gara-gara seorang cwok. Dan gue yakin loe emg cowok yang pas buat dia” Dafa melempar senyuman dengan Mona, yang lalu di balas senyum oleh Mona.

Hari itu, kami memang sekolah hanya untuk pengarahan. Jadi, kami pulang cepat. Saat pulang, aku sempat beberapa menit berada di toilet untuk merapikan seragamku. Disana, aku bertemu Mona. “mona?” (sembari mengeluarkan senyum ke sahabatku itu). Tiba-tiba Mona memelukku, dan berkata “gue ga tahan Ran, gue gamau loe tinggalin gue sebagai sahabat. Jujur, ini dilema buat gue. Gue syg bgt sama loe, loe sahabat gue. Loe tau kan, walaupun kita belom lama jadi sahabat, tapi gue gamau pisah sama loe. Apalagi sampai loe benci sama gue” . airmata itu turun begitu deras di seragam ku. Aku ingin melepaskan pelukan Mona, dan ingin menatapnya. Tapi, tidak. Tidak bisa. Mona seakan tak ingin pergi dari sisiku. Beberapa menit ia menangis dalam pelukku. Ia berlalu meninggalkan ku sendiri tanpa memberi penjelasan yang pasti mengenai tangisan dan perkataannya itu. Aku ? benci dengan Mona ? itu seakan tak mungkin, Mona sudah seperti Ibu kedua bagiku. Ia sahabat yang sangat bisa memerhatikanku. Selama aku hidup, mungkin ia adalah sahabat terbaik dalam hidupku. Ia tak seperti wanita lain, ia berbeda. Hmm apa maksudnya. Akupun semakin bingung dengan semua ini Tuhan. Mulai dari Vicky, yang tidak pernah berkomunikasi denganku, bahakan tadi sempat menatapku dingin. Sekarang, Mona yang menangis dalam pelukku dengan alasan yang tak pasti. Tanpa sadar, akupun meneteskan serpihan air mata. Aku buru-buru menghapus air mata itu, karena mendenga alunan lagu dari Angela Zhang-Bu xiang dong de pertanda ada peasan masuk. Saat ku baca, benar. Dafa menungguku terlalu lama. Akhirnya akupun keluar dari kamar mandi dan mencari Dafa di parkiran.
“loe kemana aja sayang? Ada msalah tadi? kok lama banget gue tunggu?”
“mm maaf fa, gue tadi abis ketemu Mona. Dy nangis waktu ketemu gue. Yaudaa, gue lama. Maaf yaa” aku berusaha menjelaskan dengan wajah khawatir.
“haha hm yaudah nanti sampe di rumah, loe mau kan cerita sama gue?” Dafa meminta. Aku tersenyum dengan berarti aku mengiyakan permintaan kekasihku itu.
                                                                         ***
Malam ini, aku memutar kembali kejadian-kejadian pagi tadi. mulai saat Vicky menatapku dingin, detak jantung itu, sampai Mona menangis di pelukanku. Apa semua ini ? aku sunggu tidak bisa menyatukan teka-teki ini. Aku rasa, ada yang salah. Tapi aku tak mengerti sedikitpun. Aku mulai merapikan barang-barang untuk ku bawakan besok saat wisata perkemahan. Aku membawa pakaian secukupnya. Karena disana udaranya pasti sangat dingin, makanya aku membawa beberapa pakaian yang tebal. Serta tidak lupa. Boenka lumba-lumba biruku, pemberian Dafa. Malam itu, aku tidur dengan nyenyak seperti hari biasa, sebelumnya aku telah menceritakan kejadianku bersama Mona di toilet. Dafa lebih ke reaksi menenangkan ku bahwa takkn terjadi apa-apa dengan persahabatnku itu. Yah, dan akupun berharap begitu.
                                                                         ***
Pagi menyinari kamar ku seperti biasa. Alunan lagu Chen Wei-I don’t want to know berdering tepat di telingaku. Akupun bangun tanpa menghiraukan siapa yang menelfonku pagi itu. “bangun Ran, udah pagi. Loe ga boleh telat dateng ke sekolah. Bus gamau nunggu yang telat loh. Hehe gue harap disana semuanya terungkap Ran. Gue mau loe bahagia sma pilihan loe Tamara Arlinda Kirana”. Aku tersentak dan kemudian menatap layar hadphoneku ternyata panggilan sudah ditutup. Saat kubuka list panggilan masuk ku, ia menggunakan Private Number. Sontak aku memukul mukul-mukul badanku sendiri. Betapa bodohnya aku, mengapa aku tak buru-buru menanyakan siapa laki-laki itu. Suaranya, aku menegnal suara itu, tapi aku masih bimbang bahwa itu Dafa. Saking kesalny pada diriku, aku pun lupa bahwa pagi itu aku harus buru-buru berangkat, karena selain akan pergi wisata dari sekolah. Hari itu aku akan diantar oleh ayahku. Dafa tak mungkin menjemputku, ia akan diantar juga oleh supirnya.

Aku telah siap dengan tas ransel besarku. Aku mnegnai baju putih dengan jaket panjang berwarna biru. Dan jelana jin’s hitam, tak ketinggalan syak biru ku. Aku siap melangkah hari itu, dan segera berpamitan dengan mamaku. Saat aku menaikkan kaki ku ke Grand Livina Grey itu, ibuku berteriak “Hati-hati nak. Jaga diri kamu yaa” dengan senyuman khas dari mamaku. Aku blas senyuman itu dengan lambaian tangan dan senyuman indah ku juga.

Di tengah perjalanan ayah membuka pembicaraan. “nak, bagaimana hubungan kamu dengan Dafa ?”
“aah baik-baik aja pa, knp ?” aku tak mengerti maksud dari pembicaraan ayahku itu. Setelah itu, ia tak menjawab pertanyaan ku lagi.
Sesampainya di depan skolah, sudah banyak kerumunan para murid yang siap untuk menjelajah tempat wisata yang dalam benakku memang sangat berbeda. Dan aku bisa melupakan semua kepenatan yang ada, tapi aku berfikir mana mungkin semua kepenatan akan hilang jika dua objek yang sedang ada di benakku akan ada di sejauh mataku memandang. Vicky dan Mona. Saatnya aku berpamitan dengan ayahku, dan keluar dari Grand Livina Grey tersebut. Tiba-tiba Mona menghampiriku dan mengajakku duuduk bersama. Karena memang, dalam satu bus diisi untuk kelas yang sama. Aku dan Mona. Vicky, dan sebenarnya aku berat mengatakan bahwa Rinda satu kelas dengan Vicky. Selanjutnya, kekasihku, Dafa berbeda kelas dariku mupun Vicky dan Mona. Tepat pukul 9 pagi, depan sekolah ku, telah banyak terkumpul para murid kelas 9 yang sangat antusias, tapi tidak denganku, entah mengapa aku menjadi terpikir omongan ayah. Akhirnya aku memutuskan untuk bercerita dengan Mona saat diperjalanan nanti. “baik sohib-sohibku tercinta, saya yakin kalian bisa menjaga diri kalian masing-masing, setelah saya membubarkan kalian, silahkan memasuki bus kalian masing-masing sesuai kelas kalian. Are you readyyyyyy?” suara itu , yaa itu adalah suara Ramond. Lelaki paruhbaya yang masih merasa muda. Setelah ia membubarkan kami, kamipun masuk ke dalam bus masing-masing. Diperjalanan aku sedikit melupakan semua kepenatan yang baru-baru ini adadalam benakku. Itu semua karena tingkah laku teman-temanku ada yang memainkan alat musik sambil bernyanyi yaitu; Syifa dan Andre . ia berdua memang mempunyai bakat bernyanyi dan memainkan alat musik. Ada Fani dan Ratna yang sibuk merekam kejadian-kejadian kami di dalam bus. Sisanya ikut bernyanyi bersama Syifa dan Andre. Aku dan Mona pun ikut bernyanyi bersama seperti anak-anak yang lain. Saat di perjalanan yang sekiranya belum jauh dari tempat keberangkatan kami, aku menceritakan semua kejadian seperti Vicky yang mulai menghindariku, dan perkataan ayah padaku. “mungkin Vicky emg butuh waktu buat sendiri Ran, udah loe harus lupain dy juga. Loe juga harus bisa terbiasa dengan sikap nya itu, lagian loe kan udah punya ‘Prince Charming’ Dafa loe itu, cieeee eheem” itulah reaksi Mona saat aku menceritakan Vicky aku pun hanya tersenyum dan mengerti, mungkin?. Aku juga memutuskan tidak menceritakan tentang telfon tadi pagi dengan Mona aku tidak mau membuat sahabtku itu terbebani juga. Cukup aku.

Hari itu udara sangat menyenangkan. Sejuk, dan angin pun bersahabat. 1 jam perjalanan telah habis, dan tiba-tiba bus berhenti, ternyata memang kami sudah sampai di tempat tujuan. Tempat itu bisa aku lukiskan, indah karena semuanya penuh dengan hijaunya rumput dan pepohonan. Tidak seperti yang ku bayangkan. Aku fikir seperti hutan belantara yang tidak menyengkan. Tapi tempat itu mengubah khayalanku dan bahkan semua murid-murid mulai memasang tenda. Aku, Syifa, Mona, Fani dan Ratna memang skami satu tenda. Kami kesusahan untuk mendirikan tenda tersebut, karena kami memang tidak ahli dalam maslah perkemahan. Tiba-tiba seseorang yang tidak aku sangka datang, Vicky tiba-tiba mendirikan tenda itu. Membantu Syifa dan Mona. Aku hanya mampu melihat tingkah lelaki itu. Aku ingin sekali bertanya semua pertanyaan yang ada di fikiranku. Tapi entah mengapa aku merasa asing dengannya. Aku pun hanya mampu diam. Beberapa menit telah berlalu, dan tenda sudah tegak dengan bantuan Vicky. Tanpa ku sangka, Vicky menghampiriku, aku pun mengepal kedua tangan ku hingga menjadi bulatan. Agar semua emosi ku tertumpu. Vicky mulai mendekatiku. Aku pun tertunduk dengan tangan yang ku kepal tadi. Vicky memang tinggi, tinggiku sejajar dengan pundak atletis Vicky. Lalu, ia mengucapkan sesuatu padaku “Maafin gue”. Aku pun mmemberanikan diri melihat wajah Vicky. Ternyata ia tak menatapku, ia menatap ke arah depan. Setelah itu, ia berlalu pergi tanpa mengucapkan kata-kata apapun lagi.
Aku pun ikut berlalu dan ikut masuk ke dalam tenda untuk merapikan tampat nyaman untuk aku dan teman-teman ku di tenda.

Pagi, siang, sore kami telah lewati setengah hari dengan bercanda. Karena memang guru pembina di sana tidak membuat hal yang mengekang kami. Disana kami bebas melakukan aktifitas yang positif. Malamnya, acara api unggun telah disiapkan. Kami semua keluar dari tenda masing-masing dengan kebanyak memakai pakaian tebal karena memang udara pagi saja sudah dingin. Apalagi udara malam yang sangat dingin untuk kami. “gue mau nyanyi” suara itu sontak mengenyahkan aktifitas yang ada. Suara itu keluar dari mulut seorang lelaki Vicky. Keluarga Winata yang memiliki sifat jail. Tiba-tiba ingin bernyanyi. “lagu ini untuk wanita berinisial ‘R’ yang selama ini memang ada di hati gue. Gue ga pengen apa-apa dari loe. Gue cuman mau loe tau gue punya loe, meski loe bukan punya gue.” Kami semua langsung melirik Rinda, si Mrs. R yang dimaksud Vicky. Karena memang wanita itulah yang pernah menjadi milik Vicky sebelumnya. Mata Rinda berkilau. Mungkin ia memang sangat terharu dengan semua perkataan Vicky.
Bagaimana mestinya, membuatmu jatuh hati kepadaku..
Tlah kutuliskan sejuta puisi, ku yakinkanmu membalas cintaku
Haruskah ku mati kerana mu,
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu, haruskah kurelakan hidupku.
Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku

Itulah lirik-lirik lagu yang ada di dalam lagu Ada Band-Haruskah ku mati. Aku memerhatikan Vicky dengan petikan gitarnya yang indah itu. Malam itu, aku tau sisi serius bahkan sisi romantis dari seorang Vicky. Ia memang terlihat gagah dengan postur tubuh yang memadai. Lelaki idaman setiap wanita. Aku pun tersadar dari lamunanku saat sebuah tangan menghampiri di puncak kepalaku. Tangan Dafa. Ia, menghampiriku. Kami berdua asyik dalam obrolan kami, dan aku merasa Vicky memerhatikan kami. Tidak lama kemudian, Vicky selesai dengan alunan indahnya itu.

To be continue

♥ Prince Charming jilid 3 ♥

Aku dan Dafa memilih untuk duduk di tangga. Dafa mulai membuka bekal dari mamaku. Sebelum kami menyantap makan siang hari itu, Dafa mulai membuka pembicaraan dan aku yang ingin menyuap sesendok terhenti mendengar perkataan Dafa tersebut ‘’Gue sayang sama Loe Tamara Arlinda Kirana. would you be my lover? maybe, this is too fast. but, in fact I can not lie to myself. Ran, gue butuh jawaban loe sekarang. Saat itu, aku tak sentak melepaskan sendok yang ada di tanganku. Aku terdiam mendengar ucapan lelaki gagah di depanku itu. Seakan dunia terhenti. ‘’Ran, are you Okay ?’’ Dafa menghentikan lamunanku. ‘’iyaa. Sulee. Eh sule, sure maksud guee aduuh Fa!’’ aku salah tingkah dan aku benar-benar malu saat itu. Sontak dafa pun tertawa, yaiyalah siapa sih yang ga akan ketawa denger cewek ditembag tapi bilangnya sule. ‘’hahaha iya, gue ngerti. Mm gmna ran ? loe mau jadi seseorang yang penting dalam hidup gue ?’’ wajah Dafa pun memelas, dan sangat mengharap anggukan dari ku. YaTuhaan, apa yang harus aku jawab. Sesungguhnya aku ingin mencoba mencintai lelaki ini, tapi mengapa aku rasa ini terlalu cepat. Tidak ! apakah itu alasan yang sebenarnya ? ataukah mungkin ada lelaki lain yang aku idamkan saat ini, lalu terlintas di benakku yaitu Vicky. Aku menghapus lamunanku. Dan aku percaya aku mencintai lelaki ini, walaupun ini terlalu cepat. Tapi aku mampu untuk terus bersamanya dan takkan mengecewakan lelaki gagah ini. ‘’Fa ?’’ aku membuat senyuman indah dan membayangkan segala hal tentang kebersamaanku dengan Dafa. ‘’ia, gue siap fa buat ada di hati loe, hehe gue gombal yauu’’ . dafa tiba-tiba memelukku dan mengucapkan terimakasih kepada ku. Saat itu, aku benar-benar merasa melayang


Pulang sekolah , aku memutuskan untuk pulang bersama kekasihku, Dafa. Sebelum pulang, aku mendapati sahabatku Mona sedanga duduk dengan sahabatnya Rinda yang juga pacar Vicky. ‘’mon, gue balik bareng Dafa. Sorry yaa..’’
‘’wahwah ada pasangan baru nih kayaknya yaa’’ , Rinda menyambar sambil menyenggol sikutku.
‘’hehe apa’an sih loe Rind’’ aku tersipu malu mendengar perkataan si cantik Rinda.
‘’yah, bagus kali Rin. Supaya loe makin lengket sama Vicky. Hehe ya gak Ran’’ . perkataan Mona tadi terdengar seperti sindiran di tekingaku. Aaah tapi tidak mungkinlah, akhirnya aku pun berlalu tanpa memikirkan kata-kata sahabat-sahabtku tadi.

Sesampainya di rumah
‘’besok-besok loe hue anter jemput yaa cantik. Loe tu tanggung jawab gue. Okey (sambil mengacungkan ibu jarinya). Aku tersenyum dan mengatakan terimakasih dan berlalu untuk masuk kerumah.
2 minggu berlalu, hubunganku dengan Dafa semakin lekat saja. Kemanapun aku, Dafa selalu berusaha meluangkan waktunya demi aku. Saat itu akupun tau, hubungan Rinda dengan Vicky telah usai. Entah bagaimana ceritanya. Aku tak berusaha mencari kejadian yang sebenranya, karena aku tau Vicky tak akan terbuka kalau dia tidak memulai cerita lebih dulu. Sore itu, handphone ku mengeluarkan bunyi yang berbeda Lagu Chen Wei penyanyi asal China yang berjudul I don’t Want to know menampilkan panggilan dari Dafa. Sore itu, Dafa mengingatkan ku untuk pergi ke pantai. Tapi, karena dy tidak bisa menjemputku. Aku pun pergi sendiri dengan diantar pak Chan sopir ayahku menggunakan Grand Livina Grey. Sampailah aku di pantai yang diarahkan Dafa melaui telfon. Sebelumnya, aku memang tidak pernah menginjakkan kaki ke pantai seindah ini. Aku menyuruh pak Chan untuk pulang , dan membiarkan aku di pantai sendiri. Aku masuk pantai dan melihat-lihat pasir putih dari pantai itu, dengan terjangan ombak yang tidak begitu besar, ditambah alunan angin yang menyejukkan untuk para pengunjung pantai yang sepi itu. ‘sebuah tangan menutupi bagian kedua mataku. “I LOVE YOU, Tamara Arlinda Kirana, my lovely’’ . aku mengenali suara lelaki itu, suara yang selama 2 minggu ini berada di ingatanku. ‘’Dafa?’’ sembari memegang tangan Dafa yang berada tepat menutupi kedua matakau. “hussst.. follow me’’ ia berkata. Akhirnya, kami sampai. Dan aku merasakan ada di tempat ketinggian. Angin begitu terasa kencang, dan ombak tak terasa di dekatku. Pelan-pelan tangan yang menutup kedua mataku itu, terlepas dan aku berusaha menerangkan penglihatanku. “Dafa?’’ . ternyata aku dan Dafa berada di tumpukan batu besar dan tidak lama kemudian, aku melihat ada sebentuk batu kecil yang membentuk sebuah hati dengan boneka lumba-lumba biru. Aku menangis terharu dengan apa yang telah diberi kekasihku itu. ‘’Fa, jangan pernah ninggalin gue yaa’’ lalu aku memeluknya dan Dafa membalas memelukku. Boneka lumba-lumba biru, dan tumpukan batu kecil yang membentuk hati hari itu membuat cintaku semakin tinggi dan hanya untuk Dafa. Lalu, kami turun ke bwah untuk sekedar bermain-main dengan air lsaut yang emnjadi saksi cinta ku pada Dafa. Tapi, aku merasa jantungku berdetak lebih kencaang saat itu, malah terasa sakit. Aku tak tau mengapa itu terjadi. Akhirnya Dafa mengantarku kembali plg ke rumah. Akupun beristrahat dan pikiranku mulai kacau, aku merasa hal yang tak biasa. Aku mencoba mencari handphone ku untuk menelpon sesorang yang aku butuhkan saat ini. Tertuju pada contack bernama ‘Vicky Winta’ bukan ‘Dafa Sevian’. Aku memutuskan untuk melanjutkan telfonku. Saat nada telfon kedua, tak ada jawaban. Saat nada telfon keempat aku ingin menutup telfon itu kalau-kalau tak ada yang menerima tefon dariku. Akhirnya terdengar suara dari sebrang sana. ‘’Rana?? Loe Raana ? ran loe apa kabar ? Gue seneng loe udah jadian sama cowok beken di sekolah itu. Lebih tepatnya, gue seneng kalo loe seneng, ran. Loe baik-baik kan ? loe..’’ belum sempat Vicky melanjutkan kata-katanya. Aku membuka mulutku. ‘’ky, loe apakabar? Kenapa ga pernah kabarin gue, gue jarang liat loe di sekolah. Apa loe kehilangan Rinda. Mkany loe jadi kyk gne ?’’ . terdengar suara ‘’tiiiitt,tiit’’ tanda sambungan telfon telah terputus. Ada apa ini ? apa aku salah berkata ? aku tidak mengerti apa salahku ini ? tiba-tiba jantungku mulai mengeluarkan sakit seperti tadi. aku berteriak hingga membuat mamaku datang menghampiriku. ‘’ada apa nak?’’dengan khawatirr mama memegangi tangan dan pundakku. Seakan sakit itu hanya bagaikan angin. Setelah itu aku merasa seperti semula. Akupun tidak mengatakan apapa dengan mama. Aku hanya diam dan bicara, aku ingin tidur lebih dulu. Dan mama keluar dari kamar ku, dan membiarkan aku tidur dengan nyaman.
                                                                                ***
Matahari masuk ke arah kamarku, dan memabngunkan aku yang begitu terlelap setelah kejadian semalam. Aku bangun dan mempersiapkan diriku untuk kembali bersekolah. Setelah 45 menit siap untuk berangkat, aku turun ke bawah untuk bersarapan dengan kedua orang tuaku. Setelah 15 menit kemudian suara bunyi bel mobil yang biasa memang sudah berdiam untuk menjemput ku. Aku langsung berpamitan dengan kedua orang tuaku. Hari itu hari sabtu, maka dari itu, Dafa sengaja tidak berpamitan dengan kedua orang tuaku karena sengaja agar tidak terlambat. Sabtu memang sama seperti hari senin. Kalau hari Senin Upacara Kenaikan Bendera, maka Sabtu adalah Upacara penurunan Bendera.

Sesampainya di sekolah aku dan Dafa mengambil tempat untuk berbaris. Karena saat itu, Upacara akan segera dimulai. 10 menit waktu yang lama bagi kami para murid hanya untuk menghabiskan waktu menurunkan bendera. Pidato Kepala Sekolah kami tercinta Pak Rahman Setiadi. Yang bekennya Pak Ramond. Dy terkenal sebagai Kepela Sekolah yang sangat asyik. Dy malah menyuruh kami memanggilny Ramond saja. Tapi karena rsa hormat kami, kami memanggilnya Pak Ramond. Pagi itu, ia mengumumkan untuk semua kelas 9 akan diadakan Refreshing ke sebuah tempat wisata untuk bekemah. Semua murid sangat antusias sengan himbauan dari sang guru tersebut.

To be continue

♥ Prince Charming jilid 2 ♥

Malam begitu indah dengan hadirnya bintang di langit, tapi aku malah merasa kesepian semenjak Vicky telah berpacaran dengan cewek di sekolah yang bernama Rinda. Rinda termasuk cewek populer, cantik, anggun, dan pastinya pinter. Dy mulai sibuk dan jarang bisa menghubungiku

That should be me holding your hand
That should be me making you laugh
That should be me this is so sad

Lagu Justin Bieber-that should be me menghentikan lamunanku. Lagu itu berdering dari handphoneku yang berarti ada panggilan masuk. Ternyata Vicky , lalu aku memencet tombol hijau. ‘’ky, ada apa loe telfon gue? Bukannyaa...’’ belum selesai aku bicara. Vicky berkata , ‘’Ran, gue diluar. Cepet loe ganti baju, kita jalan !’’ , ‘’taattaapi’’ pembicaraanku pun kembali dipotong dengan suara yang berarti telfon telah ia tutup. Akhirnya malam itu aku putuskan untuk pergi dengan sahabat ku itu. Kami menuju ke Taman dekat rumah aku. Disana kami makan sate ayam dan es jeruk. ‘’tumben loe baik ngajakin gue makan disini. Ada mau yaaa loo..’’ .  ‘’apaa’an sih loe, gue suntuk di rumah, mkanya ngajak loe makan.’’ Aku pun menjawab ‘’kenapa ga ngajakin Rinda aja ?’’ . Vicky menatapku , ‘’loe ga berterimakasih banget sih !’’ . aku terdiam melihat reaksi sahabatku itu.

Tepat pukul 9 vicky mengantarku kembali ke rumah . saat di depan pagar, aku melihat Mona berada di depan pagar rumahku. ‘’hay, mona loe ngapain disini ?’’ . ‘’eee loe ! gue tu mw kasi loe catetan gue ne, loe kn tadi ga sempet nyatet pelajaran jadiny gue ksini ngasih pinjem loe sih rencanany hehe. Jadi, loe pergi yaa’’.
‘’iyaaa, ne gue diajakin pergi bareng Vicky’’
‘’vicky?’’
‘’iyaaa, kenapa?’’
Tidak lama kemudian Vicky menghampiri kami, ‘’hey, mon’’ sambil melayangkan tangan kananny untuk di lambaikan ke arah Mona. Saat itu, tatapan Mona sedikit berbeda ke aku, maupun Vicky. Entah, aku tak mengerti. Tapi, aku berusaha untuk tidak melihat keganjalan itu terus-menerus.

Mona adalah satu-satunya sahabat perempuanku. Dia anak yang supel, baik, easy going, dan baik banget sama aku tentunya. Aku, mona, dan Vicky adalah 3sahabat yang ga pernah lepas. Aku dan Mona satu kelas, sedangkan Vicky tidak. Selain itu, Mona juga adalah sahabat dari Rinda, kekasih Vicky sekarang. Rinda jadian dengan Vicky pun karena Mona. Awalnya, Vicky tidak tertarik sedikit pun dengan Rinda. Lain dengan Rinda, Rinda satu-satunya wanita pertama yang mampu menahan dirinya dengan sikap cuek si Vicky.
‘’yaudah ky, rana gue balik yaa. Takut ganggu’’
‘’iyaa thx ya haha’’ vicky menyambar. ‘’ky, apa’an sih loe ! (sambil memukul perut vicky) iyaa mona, hati-hati ya thengs bukunya’’
‘’eh yauda, buruan plg loe sana, udah malem. Loe mau di gantung bokap gue hah ?’’ aku menyuruh Vicky plg dengan nada bercanda

‘’idiih serem amat sih ni nyonyaa. Gapapa kali, gue disuruh langsung nikah sama loe juga fine’’ Vicky menggoda ku sambil mengedipkan matanya. Sontak alis mataku sebelah naik sehingga Vicky tau kalo aku sedang serius . ‘’iyaaa Rana, gue balik besog gue jemput ya, bye’’ . aku pun tersenyum melihat tingkah lucu sahabatku
Pagi begitu cerah, tepat pukul 6 pagi aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Pagi itu mama ku sudah menyiapkan sarapan untuk aku dan ayah seperti biasanya.
‘’ma, buat apa ni...(sembari mencium aroma) kok enag banget aromanya hehe’’
‘’ah kamu, tumben bgt sih bangun pagi-pagi gini, udah rapi. Ada yang mau jemput yaa?.. ecieeek’’ mama mencoba menggoda anak remajanya ini.
‘’apa sih mama , gatau ne hari ini aku semangat banget. Kebetulan Vicky mau jemput ma, jadinya sekalian aja supaya dy ga nungguin aku. Kan kasian ma , kalo dy...’’ belum sempat aku menyelesaikan kata-kata ku mama melanjutkan bicaranya.
‘’siapa? Vicky ? emg vicky temen kamu ada 2 yaa? Tuh, di ruang tamu ada temen kamu . katanya dy nungguin kamu bangun. Mama menunjukkan ku lelaki yang duduk di sofa ruang tamu. ‘’tu, temen kamu, kan ? aku kaget, dan pergi memastika siapa lelaki itu. Dan ternyata, ‘’Ran, loe udah siap ? yuuk, berangkat. Biar ga telat’’ senyuman itu memutar otakku sama saat kejadian saat berada di Musholla. Yaa, engingeeenggg taraaa .... ‘’Dafa’’ aku emncoba berhenti dari lamunanku, dan menyadari lelaki yang di hadapanku bukanlah Vicky, tapi Dafa. Pertanyaan mulai memenuhi kepalaku, darimana dy tau namaku. Darimna dia tau alamat rumahku. Darimna dy tau aku ? Oh My God. ‘’mmm Dafa ? loe Dafa kan ?’’ . Lelaki itupun mengernyitkan dahi dan mulai tertawa ‘’haha yaiyalah, emg loe kira gue siapa ? dasaaar anak kecil.  Yauda, berangkat yoog?’’. Tidak lama kemudian, mama menghampiri kami. ‘’eh, mau kemana, mending sarapan dulu sma tante ya Dafa.’’ Aku tersentak mendengar ajakan mama itu. Jadi, mama tau kalo dia Dafa, loh kok bisa ? permainan apa sih ini ! . ‘’ngg..nggausah tante sy udah sarapan dirumah, terimakasih.’’(sambil menyatukan kedua tangannya) . ‘’kalian ini, yaudah, tante bawain 2 porsi buat kalian berdua makan yaa. Rana, kok kamu malah bengong sih, udah sana ambil tas kamu. Kamu nanti makan bareng bekal yang mama bawain bareng-bareng Dafa ya , nak. Aku sampai tak sadar dengan omongan mama. Lalu aku berjalan mengambil tasku diatas kursi dengan tangan lemas. ‘’tan, sy pamit yaa’’ (sembari mengeluarkan senyum injdahnya seperti biasa) . Akupun menaiki splash hitam itu.
Ditengah perjalanan aku membuka mulutku yang tadi benar-benra tak sanggup untuk berkata. ‘’mm Fa, kok loe...’’ . ‘’ia, gue kan udah kasi tau loe, gue pengen kenal sama loe, jadi gue bakal vcari tau tentang loe. Udah ke jawab kan pertanyaan loe tadi, yang ngebuat loe speechless ngeliat gue di depan mata loe HAHAHA , payah loe. Dia gatau apa kalo aku tu kebingungan tapi dia malah becanda kyk gitu. Akhirnya aku memutuskan untuk diam. Yaah, hanya itu yang bisa aku lakukan. ‘’mm Ran, loe udah punya temen buat loe ajakin ke kantin, mm ya supaya lutut loe gajadi sasaran anak-anak di kantin lagi, gitu.’’
‘’maksud loe?’’ aku bingung apa yang dimaksud oleh lelaki misterius itu.
‘’hmm, gajadi deh.’’
Lalu aku hanya bisa membulatkan bibirku hingga membentuk Vocal O . tepat pukul 06.40 kami sampai di sekolah. Lalu, akupun keluar dari splash hitam itu. Banyak mata tertuju pada kami maksutku, padaku saat ini. Apa yang ada dalama fikiran mereka. Aku mengerti, mereka pasti mengira aku mempunyai hubungan dengan lelaki gagah ini. Walaupun, sebenarnya, itu adalah harapanku hehehe. Aku dan Dafa pun berjalan bersama dengan jarak yang pasti. Tak jauh dari penglihatanku, aku melihat 2 pasangan kekasih sedang bermesraan, yaa mereka Vicky sahabatku dan Rinda. Rinda membaringkan kepalanya tepat di atas pundak Vicky, sedangkan Vicky jelas-jelas sedang memerhatikanku. Aku hentikan langkahku. Lalu sebuah tangan melayang ke pundakku, tangan Dafa Sevian. Lelaki itu telah mendekatkan tubuh ku agar berada di bawah kuasa tanganny. ‘’yuk, ke kelas ran..’’ . aku pun mengiyakan dengan senyum kepadanya.

Perjalananku ke kelas sungguh memalukan. Tapi seharusnya malah aku harusnya senang karena bisa dekat dengan lelaki pujaan setiap wanita ini. Mungkin rasa maluku lebih besar, karena hampir semua aktifitas yang terjadi di sepanjang perjalananku ke kelas terhenti hanya untuk melihat aku dan Dafa. Akhirnya , aku sampai di kelas, dan Dafa berlalu begitu saja. Beberapa kawan-kawanku menyodorkan banyak pertanyaan padaku seperti loe ngapain sama Dafa, loe kok bisa kenal sih sama dya, loe enag bgt bs dipeluk sma dy, rasanya gmna, eh loe benrangkat bareng sama Dafa. Aaaaah ingin rasanya aku keluar dari laut pertanyaan teman-temanku itu. Untungnya sahabatku Mona datang dan membantu ku untuk mengatasi semuanya, dan tidak lama kebetulan Guru kami Pak Shan guru matematika kami datang. Pagi itu, pelajaran berjalan lancar. Sampai berganti dengan pelajaran Bu Siska.

Tepat pukul 10 pagi, bel istrahat  berbunyi, aku dan Mona segera pergi kekantin, untuk mengisi kekosongan perut kami hahaa. Diperjalanan, tiba-tiba Vicky menghalangi kami. ‘’wetss mw kemna loe berdua ? ikutt dong, tumebn ga ngjak-ngajak!’’ (sambil melabarkan tanganny agar dapat menghalangi kami) . saat itu juga, Rinda si wanita cantik itu menghampiri kami. ‘’loh, Rin, loe disini nyari’in cowok loe kan. Nih dya.. udaaah sana kalian berdua’’. Mona menyuruh Rinda yang baru saja menghampiri kami untuk pergi bersama Vicky. ‘’eetss apa sih loe, gue kesini nyari loe Ran, mm maksud gue guue tu .. gue mau’’ . ‘’ran, loe jadi kan makan bareng gue?’’ . tiba-tiba suara yang tak asing itu datang dari arah kanan ku. ‘’loh, Dafan. Ia, jadi kok untung loe nyamperin gue’’. Saat aku menuju tempat berdiri Dafa, tanganku ditarik oleh Vicky. Lalu ia melihatku sekejap dan melepaskan tarikanny itu. Aku meninggalkan Mona, Vicky dan Rinda. ‘’Mona, Rinda, mmm ky, gue cabut yah’’ . aku mendapati wajah Vicky tak lagi menghadapiku.

To be continue

♥ Prince Charming ♥

Aktifitasku pagi ini, berangkat ke sekolah. Sekarang aku duduk di kelas 9 SMP. Sebelumnya, aku tak pernah merasa kuat seperti ini . Aku sangat semangat, karena semalam aku menghabiskan waktu untuk menonton film China Romantic Princess. Hehe jadi tayangan-tayangan romantis masih melekat di ingatanku. Aku pun jalan dengan santai. Saat aku lihat jam di tanganku menujukkan pukul 06.48. sedangkan upacara di sekolah telah dimulai pukul 06.35. sontak aku pun kaget dan cepatkan langkahku untuk memberhentikan bus yang lewat ke arahku. Memang hari sialku ! hari itu, aku terlambat dan baris di bagian murid yang terlambat pula.Selesai upacra, hukuman yang biasanya memang wajib di layangkan bagi para siswa yang terlambat upacara. Yaitu, membersihkan lapangan sekolah ! harus aku lakukan pula . Oh God, maafkan hambamu ini

                                                                                 *** 

Akupun mengambil sapu yang ada di dekat pintu musholla, saat ku ambil, ternyata ada tangan lain yang menyentuhku tepat diatas tanganku. Aku terdiam melihati sapu, mungkin bukan sapunya yang ku lihat, melainkan tangan yang menindihku. Tangan putih bersih milik seorang lekaki. Akupun tak berani untuk menatap lelaki itu. Lalu, ada sebentuk suara yang mungkin, memanggilku ,’’hellow...?’’. Akupun tersadar dari lamunanku. ‘’aaah, iyaaa? yaAmpuun maaf...aku..’’ . kata-kata ku terhenti sampai disitu saat aku memberanikan diri untuk menatap lelaki itu. Dafa Sevian, yang telah menatapku saat ini. Dafa Sevian yang telah menindih tanganku saat ini. ‘’maaf.. tangan gue menindih tangan loe, abis gue langsung ambil tadi’’. Dafa mengucapkan maaf padaku. Lalu aku pun melepaskan tanganku dari sapu itu, dan bereaksi ‘’iyaa, ngga apapa gue juga ga liat tadi’’ sembari mengeluarkan senyum indah, tapi kurasa itu bukan senyum indah, malah senyum terpaksa. Kami lalu melupakan kejadian itu, dan melanjutkan untuk membersihkan lapangan sekolah. Hari itu bener-bener gak pernah aku rasakan sebelumnya. Bersentuhan dengan tangan lelaki spesial di sekolah ini. Yaaah, aku selalu berharap kejadian itu terus berulang. ‘’kalo perlu, gue telat terus gapapa deh. Yang penting telatnya bareng dia..’’ aku keceplosan karena benar-benar sangat senang hari itu. 1stghjam berlalu dan aku habiskan hanya untuk membersihkan lapangan segede itu. Aku memutuskan untuk duduk di bawah toga (tempat duduk dari semen) yang berada di depan ruang guru. Sambil me-lap jidatku dengan tanganku. ‘’ne, buat loe. Jangan pake tangan dong, loe kan tadi abis pake nyapu tu tangan’’. Suara itu ! suara yang ku idamkan. aku tak menoleh sembari mengambil sapu tangan itu dan berkata , ‘’Dafaa.. thanks ya, padahal baru aja ketemu, belom kenalan, loe udah baik banget sma gue hehe seneng deh bisa kenal sama loe fa.’’ Aku membalikkan badanku ke arah lelaki yang ku kira itu Dafa. Dan ternyataa, ‘’haha maksud loee ih, ternyata sahabat gue si Tamara Arlinda Kirana suka sama cowok sok beken itu hahaa malu gu’’. ‘’apaa sih loe ky, jadi eloo. Issh sumpah nyesel guee i loe malu-maluin gue ajasih. Aku malu lalu memukul-mukul dada Vicky. Vicky adalah temen aku sejak masuk SMP. Dy salah satu temen cowok yang aku punya. Dy orgnya ke kanak-kanakan , jail , sok cool juga. Tapi garagra aku temenan sama dia, banyak cewek di sekolah yang ga suka sama aku, karena sikap Vicky cuman bisa baik sama aku. Beda sama cewek lain, setiap cewek yang deket sama Vicky, Vicky selalu cuekk dan beda banget. Tanpa sadar aku telah mendapati mataku tertangkap oleh mata Vicky. Vicky memegangi tanganku dan kami entah tersadar dengan apa, kami menjadi kaku dan Vicky melepasi tanganku dari cengkramanny. Vicky mulai menghidupi suasana ‘’hahaay, jadi loe kesemsem sama tu cowok, yaa?’’ kata Vicky sambil melayangkan telunjuknya ke idung aku. ‘’iiih apaa sih loe, mm ngga kok (aku membusungkan dada)’’ . ‘’ohyaaaaaaaa, are you S U R E?’’ vicky mengejekku sambil mengatakan kata ‘sure’ sambil mengejanya. ‘’ngapain loe disini, loe ga belajar ?’’ . ‘’guru gue gada , ga asik, so gue liat loe yaudah gue ksini, kenapa ad yang larang gue ?’’ . ‘’Vicky Ilham Winataaaaa, kamu ngapain disini , HAH?’’ . ternyata Bu Siska seorang guru IPS melayangkan tanganny di telinga Vicky. Hari itu, Vicky tertangkap basah karena keluar kelas tanpa minta izin dengannya. ‘’ayoo masukkkk !’’ . vicky tak bisa mengelak karena hidup raga telinganya ada di tangan Bu Siska. ‘’iiaaa bu, sy msuk. Hadeeh ibu gatau anak muda sih’’ (tampang memelas Vicky keluar). Sontak Bu Siska menarik Vicky sampai ruang kelas . hahaha yaa, itulah Vicky. Anak tunggal dari keluarga Winata. Seorang laki-laki yang tidak pernah memakai pangkat keluarga Winata untuk menjalani kesehariannya. Ia jail, ia bisa menghidupkan suasana kaku menjadi terbuka. Sama seperti kejadian tadi. Ia teman terbaikku selama di SMP . *** Bel keluar main berbunyi, aku mengembalikan sapu yang kupinjam td, ke Musholla sekolah. Setelah itu, aku ptuskan untuk membeli jajanan di kantin tanpa Vicky. Karena pasti, dia masih sibuk dengan urursanny. Di kantin sekolah ku memang selalu ramai dengan anak-anak kelas.Sesampainya aku di dalam kantin, aku mulai di desaki oleh puluhan murid yang ingin makan siang hari itu . lalu ada seorang anak perempuan yang sepertinya tidak sengaja mendorongku hingga akupun terjatuh . aku jatuh ke paping kantin, dengan posisi telungkup. Astaagaa, sakitnya ga seberapa, tapi malunyaa ! . mulai banyak suara yang menertawaiku. Tapi tidak satu orang di hadapanku yang kali ini, tangannya mulai menarik pundakku untuk berdiri. Dafa. Lelaki yang tidak menertawaiku, dan malah membantuku untuk berdiri. ‘’gue bawa loe ke UKS, yaa !’’ . aku ternganga tanpa bereaksi sakit, atau sekedar mengucapkan terimakasih. Bukan karena aku orangnya yg tidak tau balas budi, tapi lebih ke inginanku untuk pingsan di pelukan Dafa itu lebih besar saat itu, karena ke kagetanku. Hahaha(sesampainya di UKS)Loe tunggu bentar yaa, gue ambilin air dingin buat kompres luka di lutut loe. Aku segera mengiyakan dengan anggukan kepala yang lemah sambil tersenyum. Beberapa menit kemudian, ia datang dengan semangkuk air dingin juga kain biru untuk mengompres lutut ku, yang sedikit mengeluarkan darah. Sambil menjongkok dan satu kakinya di tekuk ke atas. Ia membiarkan tanganny membersihkan bagian lututku yang luka, yang saat itu aku duduk di atas kursi. Sesaat kemudian aku memberanikan diri untuk membuka mulut kaku ku. ‘’Dafa, thx yaa.. loe kok baik bgt sama gue. Padahal loe kenal gue aja enggak. Hmm’’ (sambil mengeluarkan ekspresi wajah sakit ku karena disentuh oleh kain itu, dan eksprei yang sedikitkhawatir untuk mendengar jawaban lelkai gagah itu) . ‘’karena itu, karena gue ga kenal loe. Makanya gue berusaha untuk mengenal loe, melalui ini. Mungkin Tuhan nyuruh gue buat bisa kenal loe lewat kejadian kyk gne. Hehe J’’ senyuman Dafa terarah pada mataku. Akupun mengelak untuk membalas tatapan indah itu. Ia pun berdiri ‘’udah ne, loe besok kalo ke kantin, jangan sendirian deh. Harus ada temen, temen cowok itu lebih baik. Kan kasian lutut loe jadi sasaran anak-anak. Dafa pergi berlalu, aku pun mencerna kalimat-demi kalimat yang dikeluarkan lelaki itu. ‘’maksudnya apasih?’’ aku menggerutu sambil memonyongkan mulut ku. Aku kembali ke kelas dengan jalan compang camping. Malang sekali nasibku saat itu.


To be continue

ASSALAMU'ALAIKUM.. spechless :0

waww hari apa ini? ASSALAMU'ALAIKUM ............ hehe :)

entahlah ga urus hari apa yang pentin, today i'm HAPPY. gimana sih rasanya di tegur sama seorang yang kitee demen :D awalnya sih, gue udah mulai ngelupain cowok ini yaah inisialnya "A" deh. ceritanya gini........

pelajaran 5-6 tujuan --> ruang IPC. sahabat gue Icha lagi baca novel dan gue ada di sebelahnya.kita sama-sama lagi walk buat menuju kelas IPC. tiba-tiba #jeng-jengefekZOOMCLOSEUPMENGAGETKAN:0
"Assalamu'alaikuum...."
"he'eh wa'alaikumussalam.." itulah reaksi gue yang paling mengagetkan kayak abis kejedut pintu #gak nyambung
-ignore
"eh, novel apa itu? liat dong, covernya aja kok"
"nih" (sambil liatin cover belakangin Mr.A) oh My God.. ga kebayang buat gue udah disapa *lagi sama dia. walopun garing, gue cuman mau share ini kok:) Alhamdulillah, ngerasain kebahagiaan lagi :D

tengssssss kak A hehe gajadi deh tak lupain. sedikit gaje yah :'''''')

yaudah, bosen yah(??)

syukron,, ASSALAMU'ALAIKUUUMM..






Senin, 24 Oktober 2011

Emiliaaaaaaaaaaaaaaa SD




AT THE DOLPHIN BAY

Siapa ESD ????? haha iya. that's my name. leee bebase inggris. bahasa indonesia sudah yaa :D
namaku Emilia Sartika Dewi. Aku seorang perempuan berumur 15 tahun pada july 2011 #masih muda yak
agama ISLAM :) ga cantik, tapi solehahhaha
----ignore

pastinya, belom kenal dengan semua kehidupan di jagad raya. aku suka dengan berbau korea?indonesia?barat? sebenrnya sih apa aja. tapi suka sama bau-bau itu dari sebuah film yang baru aja aku tonton. biasalaah abis terkontaminasi. tentang negeriku yang tercinta ini? aku suka semua film deh :D tentang barat? semua juga :) tentang korea jepang cina? susah buat beda'innya.
but, like more with AT THE DOLPHIN BAY film. kalo ditanyak kenapa suka...
ya, awalnya aku pernah nonton waktu umurku kira-kira 8 tahun. ajaib yah :') teruss awalnya teteh ku beli DVD film itu dan umur 15 tahun aku mulai nonton film itu lagi. ahamdulillah yah, ngempok air mata tiada tara :D

I love BLUE . di film ituuuu birunya banyak banget :D

segitu dulu deh , pegel entar lagi yaa :)

my first post 24-10-2011

HELOOO everyone. this my first posting in my Blog. nothing special -.- but, it's special from me :) all about me all about me going there in this blog. thx for read :D


EmiliaSartikaDewi