Selasa, 25 Oktober 2011

♥ Prince Charming jilid 2 ♥

Malam begitu indah dengan hadirnya bintang di langit, tapi aku malah merasa kesepian semenjak Vicky telah berpacaran dengan cewek di sekolah yang bernama Rinda. Rinda termasuk cewek populer, cantik, anggun, dan pastinya pinter. Dy mulai sibuk dan jarang bisa menghubungiku

That should be me holding your hand
That should be me making you laugh
That should be me this is so sad

Lagu Justin Bieber-that should be me menghentikan lamunanku. Lagu itu berdering dari handphoneku yang berarti ada panggilan masuk. Ternyata Vicky , lalu aku memencet tombol hijau. ‘’ky, ada apa loe telfon gue? Bukannyaa...’’ belum selesai aku bicara. Vicky berkata , ‘’Ran, gue diluar. Cepet loe ganti baju, kita jalan !’’ , ‘’taattaapi’’ pembicaraanku pun kembali dipotong dengan suara yang berarti telfon telah ia tutup. Akhirnya malam itu aku putuskan untuk pergi dengan sahabat ku itu. Kami menuju ke Taman dekat rumah aku. Disana kami makan sate ayam dan es jeruk. ‘’tumben loe baik ngajakin gue makan disini. Ada mau yaaa loo..’’ .  ‘’apaa’an sih loe, gue suntuk di rumah, mkanya ngajak loe makan.’’ Aku pun menjawab ‘’kenapa ga ngajakin Rinda aja ?’’ . Vicky menatapku , ‘’loe ga berterimakasih banget sih !’’ . aku terdiam melihat reaksi sahabatku itu.

Tepat pukul 9 vicky mengantarku kembali ke rumah . saat di depan pagar, aku melihat Mona berada di depan pagar rumahku. ‘’hay, mona loe ngapain disini ?’’ . ‘’eee loe ! gue tu mw kasi loe catetan gue ne, loe kn tadi ga sempet nyatet pelajaran jadiny gue ksini ngasih pinjem loe sih rencanany hehe. Jadi, loe pergi yaa’’.
‘’iyaaa, ne gue diajakin pergi bareng Vicky’’
‘’vicky?’’
‘’iyaaa, kenapa?’’
Tidak lama kemudian Vicky menghampiri kami, ‘’hey, mon’’ sambil melayangkan tangan kananny untuk di lambaikan ke arah Mona. Saat itu, tatapan Mona sedikit berbeda ke aku, maupun Vicky. Entah, aku tak mengerti. Tapi, aku berusaha untuk tidak melihat keganjalan itu terus-menerus.

Mona adalah satu-satunya sahabat perempuanku. Dia anak yang supel, baik, easy going, dan baik banget sama aku tentunya. Aku, mona, dan Vicky adalah 3sahabat yang ga pernah lepas. Aku dan Mona satu kelas, sedangkan Vicky tidak. Selain itu, Mona juga adalah sahabat dari Rinda, kekasih Vicky sekarang. Rinda jadian dengan Vicky pun karena Mona. Awalnya, Vicky tidak tertarik sedikit pun dengan Rinda. Lain dengan Rinda, Rinda satu-satunya wanita pertama yang mampu menahan dirinya dengan sikap cuek si Vicky.
‘’yaudah ky, rana gue balik yaa. Takut ganggu’’
‘’iyaa thx ya haha’’ vicky menyambar. ‘’ky, apa’an sih loe ! (sambil memukul perut vicky) iyaa mona, hati-hati ya thengs bukunya’’
‘’eh yauda, buruan plg loe sana, udah malem. Loe mau di gantung bokap gue hah ?’’ aku menyuruh Vicky plg dengan nada bercanda

‘’idiih serem amat sih ni nyonyaa. Gapapa kali, gue disuruh langsung nikah sama loe juga fine’’ Vicky menggoda ku sambil mengedipkan matanya. Sontak alis mataku sebelah naik sehingga Vicky tau kalo aku sedang serius . ‘’iyaaa Rana, gue balik besog gue jemput ya, bye’’ . aku pun tersenyum melihat tingkah lucu sahabatku
Pagi begitu cerah, tepat pukul 6 pagi aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Pagi itu mama ku sudah menyiapkan sarapan untuk aku dan ayah seperti biasanya.
‘’ma, buat apa ni...(sembari mencium aroma) kok enag banget aromanya hehe’’
‘’ah kamu, tumben bgt sih bangun pagi-pagi gini, udah rapi. Ada yang mau jemput yaa?.. ecieeek’’ mama mencoba menggoda anak remajanya ini.
‘’apa sih mama , gatau ne hari ini aku semangat banget. Kebetulan Vicky mau jemput ma, jadinya sekalian aja supaya dy ga nungguin aku. Kan kasian ma , kalo dy...’’ belum sempat aku menyelesaikan kata-kata ku mama melanjutkan bicaranya.
‘’siapa? Vicky ? emg vicky temen kamu ada 2 yaa? Tuh, di ruang tamu ada temen kamu . katanya dy nungguin kamu bangun. Mama menunjukkan ku lelaki yang duduk di sofa ruang tamu. ‘’tu, temen kamu, kan ? aku kaget, dan pergi memastika siapa lelaki itu. Dan ternyata, ‘’Ran, loe udah siap ? yuuk, berangkat. Biar ga telat’’ senyuman itu memutar otakku sama saat kejadian saat berada di Musholla. Yaa, engingeeenggg taraaa .... ‘’Dafa’’ aku emncoba berhenti dari lamunanku, dan menyadari lelaki yang di hadapanku bukanlah Vicky, tapi Dafa. Pertanyaan mulai memenuhi kepalaku, darimana dy tau namaku. Darimna dia tau alamat rumahku. Darimna dy tau aku ? Oh My God. ‘’mmm Dafa ? loe Dafa kan ?’’ . Lelaki itupun mengernyitkan dahi dan mulai tertawa ‘’haha yaiyalah, emg loe kira gue siapa ? dasaaar anak kecil.  Yauda, berangkat yoog?’’. Tidak lama kemudian, mama menghampiri kami. ‘’eh, mau kemana, mending sarapan dulu sma tante ya Dafa.’’ Aku tersentak mendengar ajakan mama itu. Jadi, mama tau kalo dia Dafa, loh kok bisa ? permainan apa sih ini ! . ‘’ngg..nggausah tante sy udah sarapan dirumah, terimakasih.’’(sambil menyatukan kedua tangannya) . ‘’kalian ini, yaudah, tante bawain 2 porsi buat kalian berdua makan yaa. Rana, kok kamu malah bengong sih, udah sana ambil tas kamu. Kamu nanti makan bareng bekal yang mama bawain bareng-bareng Dafa ya , nak. Aku sampai tak sadar dengan omongan mama. Lalu aku berjalan mengambil tasku diatas kursi dengan tangan lemas. ‘’tan, sy pamit yaa’’ (sembari mengeluarkan senyum injdahnya seperti biasa) . Akupun menaiki splash hitam itu.
Ditengah perjalanan aku membuka mulutku yang tadi benar-benra tak sanggup untuk berkata. ‘’mm Fa, kok loe...’’ . ‘’ia, gue kan udah kasi tau loe, gue pengen kenal sama loe, jadi gue bakal vcari tau tentang loe. Udah ke jawab kan pertanyaan loe tadi, yang ngebuat loe speechless ngeliat gue di depan mata loe HAHAHA , payah loe. Dia gatau apa kalo aku tu kebingungan tapi dia malah becanda kyk gitu. Akhirnya aku memutuskan untuk diam. Yaah, hanya itu yang bisa aku lakukan. ‘’mm Ran, loe udah punya temen buat loe ajakin ke kantin, mm ya supaya lutut loe gajadi sasaran anak-anak di kantin lagi, gitu.’’
‘’maksud loe?’’ aku bingung apa yang dimaksud oleh lelaki misterius itu.
‘’hmm, gajadi deh.’’
Lalu aku hanya bisa membulatkan bibirku hingga membentuk Vocal O . tepat pukul 06.40 kami sampai di sekolah. Lalu, akupun keluar dari splash hitam itu. Banyak mata tertuju pada kami maksutku, padaku saat ini. Apa yang ada dalama fikiran mereka. Aku mengerti, mereka pasti mengira aku mempunyai hubungan dengan lelaki gagah ini. Walaupun, sebenarnya, itu adalah harapanku hehehe. Aku dan Dafa pun berjalan bersama dengan jarak yang pasti. Tak jauh dari penglihatanku, aku melihat 2 pasangan kekasih sedang bermesraan, yaa mereka Vicky sahabatku dan Rinda. Rinda membaringkan kepalanya tepat di atas pundak Vicky, sedangkan Vicky jelas-jelas sedang memerhatikanku. Aku hentikan langkahku. Lalu sebuah tangan melayang ke pundakku, tangan Dafa Sevian. Lelaki itu telah mendekatkan tubuh ku agar berada di bawah kuasa tanganny. ‘’yuk, ke kelas ran..’’ . aku pun mengiyakan dengan senyum kepadanya.

Perjalananku ke kelas sungguh memalukan. Tapi seharusnya malah aku harusnya senang karena bisa dekat dengan lelaki pujaan setiap wanita ini. Mungkin rasa maluku lebih besar, karena hampir semua aktifitas yang terjadi di sepanjang perjalananku ke kelas terhenti hanya untuk melihat aku dan Dafa. Akhirnya , aku sampai di kelas, dan Dafa berlalu begitu saja. Beberapa kawan-kawanku menyodorkan banyak pertanyaan padaku seperti loe ngapain sama Dafa, loe kok bisa kenal sih sama dya, loe enag bgt bs dipeluk sma dy, rasanya gmna, eh loe benrangkat bareng sama Dafa. Aaaaah ingin rasanya aku keluar dari laut pertanyaan teman-temanku itu. Untungnya sahabatku Mona datang dan membantu ku untuk mengatasi semuanya, dan tidak lama kebetulan Guru kami Pak Shan guru matematika kami datang. Pagi itu, pelajaran berjalan lancar. Sampai berganti dengan pelajaran Bu Siska.

Tepat pukul 10 pagi, bel istrahat  berbunyi, aku dan Mona segera pergi kekantin, untuk mengisi kekosongan perut kami hahaa. Diperjalanan, tiba-tiba Vicky menghalangi kami. ‘’wetss mw kemna loe berdua ? ikutt dong, tumebn ga ngjak-ngajak!’’ (sambil melabarkan tanganny agar dapat menghalangi kami) . saat itu juga, Rinda si wanita cantik itu menghampiri kami. ‘’loh, Rin, loe disini nyari’in cowok loe kan. Nih dya.. udaaah sana kalian berdua’’. Mona menyuruh Rinda yang baru saja menghampiri kami untuk pergi bersama Vicky. ‘’eetss apa sih loe, gue kesini nyari loe Ran, mm maksud gue guue tu .. gue mau’’ . ‘’ran, loe jadi kan makan bareng gue?’’ . tiba-tiba suara yang tak asing itu datang dari arah kanan ku. ‘’loh, Dafan. Ia, jadi kok untung loe nyamperin gue’’. Saat aku menuju tempat berdiri Dafa, tanganku ditarik oleh Vicky. Lalu ia melihatku sekejap dan melepaskan tarikanny itu. Aku meninggalkan Mona, Vicky dan Rinda. ‘’Mona, Rinda, mmm ky, gue cabut yah’’ . aku mendapati wajah Vicky tak lagi menghadapiku.

To be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar